Islam itu adalah agama yang sangat indah dan penuh dengan kasih
sayang, "Rahmatan Lil'Alamin" alias rahmat bagi seluruh mahluk,
bukan hanya untuk manusia, tapi juga bagi hewan, tumbuhan (alam), bukan hanya
untuk manusia mukmin, tapi semua manusia, walau tidak muslim sekalipun, itulah
esensi dari Islam, agama yang seyogyanya menebarkan rahmat yang merata kepada
bumi dan isinya semua dan bukan terpaku pada suatu kaum saja.
Esensi diatas amatlah harmonis dengan sifat yang
paling dominan dari Allah SWT,
yaitu Ar-Rahman dan Ar-Rahim.
Sifat-Nya tersebut sering kita artikan sebagai Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, namun kita hanya tau sebatas arti bahasa dan belum memahaminya,
sesungguhnya amat indah makna dibalik Ar-Rahman yaitu "Pelimpah kasih sempurna di
dunia bagi semua mahluk", termasuk binatang dan manusia durhaka sekalipun,
buktinya walaupun seorang durhaka (misalkan kafir, fasik,dll) tetaplah ia
diberi Rahmat melalui limpahan kesehatan, rizki dan dapat hidup
"menumpang" di bumi Allah ini, sama juga dengan kita yang muslim.
Sedangkan Ar-Rahim maknanya adalah "Pelimpah kasih
di akhirat bagi yang taat". Sesungguhnya sifat-sifat Allah demikianlah indahnya. Dialah Rabb/Tuhan Pencipta dan juga Pemelihara, Dia lah al-Akram, Tuhan Yang Maha Pemurah dengan pemberian-Nya, Mahaluas dengan anugerah-Nya, Dia yang bila berjanji, menepati janji-Nya, bila memberi, melampaui batas harapan pengharap-Nya, Dia yang tidak mengabaikan siapa pun yang berlindung kepada-Nya, Dia yang bergembira dengan diterimanya anugerah-Nya, serta memberi sambil memuji yang diberi-Nya, Dia bahkan memberi siapa yang mendurhakai-Nya. Allah juga al-Ghofur Maha Pemaaf, ia menangguhkan siksa
untuk memberi kesempatan kepada pendurhaka melakukan intropeksi, seperti yang
diberikan kepada kaum bani israil pada zaman nabi musa dulu, dan banyak sekali
kaum sesudahnya. Allah juga as-Salam (Mahadamai) dan al-Mukmin (Yang Maha Pemberi Rasa Aman), dalam
QS. al-Hasyr [59]: 23 Allah menyandingkan dua sifat-Nya tersebut dan kedua
sifat tersebut juga ditegaskan dalam QS Yunus [10]: 25 yang artinya "Allah
mengajak seluruh mahluk kepada kedamaian dan keamanan".
Ada
juga sebuah ayat yang menceritakan tentang do'a Nabi Ibrahim as yaitu dalam QS.
al-Baqarah [2]: 126 yang artinya :
Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri
yang aman sentosa dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya
yang beriman diantara mereka kepada Allah dan Hari Kemudian." Allah
berfirman: "Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara,
kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat
kembali".
Nabi
agung itu dalam permohonannya membatasi permintaannya menyangkut rizki
(kesejahteraan, keamanan) hanya untuk orang-orang beriman, tetapi oleh Allah
pembatasan tersebut ditampik-Nya sambil menegaskan - sebagaimana terbaca
diatas- bahwa yang kafir pun akan dianugerahi-Nya kesenangan di dunia, walaupun
di akhirat nanti Allah akan memaksanya merasakan pedihnya neraka. Ini berarti
Allah menghendaki dan memerintahkan agar Kesejahteraan, keamanan harus dapat
menyentuh semua anggota masyarakat yang beriman maupun yang kafir. Subhanallah,
indahnya sifat-sifat Allah SWT, seandainya kita meneladani satu saja dari
sifat-sifat-Nya diatas, niscaya kita pasti dapat menciptakan hidup dunia yang
lebih baik.
Setelah mengupas indahnya islam dari sifat-sifat Allah
melalui beberapa ayat Al-Qur'an diatas, sekarang kita lihat betapa indahnya
ajaran Islam, dilihat dari akhlak Rasul tauladan umat islam Nabi Muhammad SAW
yang sangat terkenal dengan budi pekertinya yang sangat lembut, jujur, sabar,
penyayang. Rasulullah SAW bahkan berlaku lembut kepada orang kafir yang selalu
mencelanya. Dalam sebuah kisah diceritakan bagaimana Rasulullah selalu diludahi
oleh seorang kafir ,Rasululah tidak pernah marah apalagi membalas. Malah ketika
suatu hari Rasulullah lewat rumah orang kafir tersebut dan tidak lagi diludahi,
beliau bertanya apa yang terjadi dengan orang yang biasa meludahinya,
Rasulullah diberi tau kalau si peludah sedang sakit, maka Rasulullah tengok dan
santuni si peludah yang sedang sakit tersebut. Orang itu terharu dan hatinya
tergetar oleh akhlaq Rasulullah, dan ia pun mengucapkan syahadat di hadapan
beliau. Satu cerita lagi yang juga tak kalah mengagumkan : Seorang pengemis Yahudi buta nan renta tak bergigi
sering dibantu Rasulullah melembutkan makanan. Beliau juga menyuapinya. Saat
disuapi, pengemis buta itu sering mencaci dan menggunjing Rasulullah. Ia
membenci Rasul. Kakek itu tidak tahu bahwa orang yang ada di hadapannya dan
membantunya makan adalah orang yang selalu dicacinya. Apakah Rasul marah dan
mengatakan bahwa ia adalah orang yang dicaci pengemis itu? Tidak. Bahkan hingga
wafatnya manusia yang mulia ini. Setelah sekian lama tak ada yang membantu
melembutkan makanan dan menyuapi, barulah kakek itu merasa kehlangan sang
penolong. Ia bertanya-tanya kemana gerangan si penolong. Saat Abu Bakar
membantu menyuapi pengemis tua itu, barulah Abu Bakar bercerita, “Kakek,
tahukah engkau siapa orang yang selalu membantu melembutkan roti dan menyuapimu
selama ini? Dia adalah orang yang sering Engkau caci. Dia adalah Muhammad
Rasulullah”. Seketika sang pengemis pingsan. Saat siuman ia ucapkan syahadat
dan meninggal dunia. Para sahabat juga sangatlah menjunjung tinggi sifat mulia,
seperti cerita sayyidina Ali k.w dalam sebuah peperangan, ia diludahi
orang kafir yang pedangnya terlepas akibat hantaman pedang Ali. Muka Ali penuh
dengan ludah. Karena emosi, beliau segera mengayunkan pedangnya. Belum sampai
Ali menebas orang kafir itu, beliau menahan laju pedang kesayangannya. “Kenapa
kau tak jadi menebasku, wahai Ali?”. Ali menjawab, “Aku berperang karena Allah,
bukan karena kemarahanku. Aku tak bisa menebasmu hanya gara-gara kemarahanku
kepadamu yang meludahiku.”
Semua paparan diatas mengajarkan kita betapa
indahnya agama Allah SWT, Islam, kita diajarkan untuk mengubah dunia dengan akhlak,
kita diajarkan untuk saling mengasihi, memberikan rasa aman kepada seluruh
umat. Siapa yang mengerti esensi Islam, mengenal Allah dan meneladani sifat-Nya
yang mulia, mengikuti jejak dan sunnah Rasul dan meneladani para sahabat
Rasulullah, sesungguhnya akan menjadi orang yang sangat beruntung.
Saya berandai, bahwa sekiranya seluruh umat manusia
yang mengaku beragama Islam mengerti esensi dari Islam, maka niscaya betapa
indahnya ukhuwah islamiyah yang akan terjalin, tidak ada lagi pengotakan-pengotakan
antar saudara sesama muslim yang terjadi, tidak ada yang berani berucap bahwa
hanya dia yang benar dan yang lain sesat, karena kita sadar hanya Allah lah
yang memiliki hak prerogatif menentukan mana yang lurus dan mana yang sesat.
Niscaya, kita akan sangat mengasihi sesama manusia, tidak tebang pilih,
walaupun misalnya berbeda keyakinan, selama kita tetap menjunjung akidah kita,
dengan demikian, mungkin saja banyak ummat yang akan melihat dan merasakan
keindahan ajaran islam melalui akhlak umatnya, sehingga tergerak
hatinya untuk memeluk Islam, seperti si peludah yang dijenguk oleh
Rasulullah SAW.
Namun saya tidak mau hanya berandai, lebih penting bagi
kita untuk berusaha dan ber do'a agar kiranya bisa memulai dari diri kita
sendiri untuk ber akhlak islami, meneladani sifat Allah as-Salam, yaitu paling
tidak, bila tidak dapat memberi manfaat kepada selainnya, maka jangan sampai
dia mencelakakannya; kalau dia tidak dapat memasukkan rasa gembira ke dalam
hatinya, maka paling tidak jangan dia meresahkannya; kalau dia tidak dapat
memuji selainnya, maka paling tidak dia jangan mencelanya. demikian indah
ajaram Islam ini.
Wa
Allah A'lam