Saturday, March 22, 2014

SURAT UNTUK PELAYAN RAKYAT

Hai para pelayan rakyat...
Kenapa kau berlaku seperti Raja.
Kenapa kursi kau jadikan singgasana.
Kenapa Jabatan kau jadikan Tahta.

Tidak kah kau mendengar rakyat berteriak "LAPAAAAARRRRR.....!!!".
"Beri kami sesuap nasi".
Kenapa kau pura-pura tuli.
Tak dengar pinta kami dan hanya peduli akan diri sendiri.
Padahal dulu kau mengemis pada kami...
"Pilih lah aku sebagai pelayanmu".
Dimanakah sekarang para pelayanku itu...dipanggil namun tetap berdiam diri.

Tidakkah kau lihat rakyat meratap "SAKIIITTTTTTT....!!!"
"Tolong kami dari bencana".
Kenapa kau hanya menengadah.
Bukankah diatas ada matahari yang bisa membuatmu buta selamanya.
Padahal dulu kau memohon kepada kami...
"Pilih lah aku sebagai pelayanmu".
Kenapa sekarang kau tak menoleh kebawah...kami memanggilmu kau tak bergeming

Hai para pelayan rakyat
Kami rasa kalian lupa...Kau bukanlah raja , kamilah rajamu
Kami memilihmu dan menggajimu agar kau bekerja untuk kemakmuran negeri kami
Kalau kau hanya sibuk menggemukan badanmu
Kami tak akan lagi toleran....Kami tak mau lagi diam
Kami akan berteriak lantang "PECAAAAAATTTTTTT.......!!!"

Wahai para pelayan rakyat
Bangun ! Saatnya kalian tersadar dari mimpi yang membuaimu...
Kami inilah majikanmu, kau harus bekerja untuk kami
Melek ! Saatnya kalian merasakan lapar agar tak lagi mengantuk....
Kau hidup dengan hasil keringat kami, berkarya lah untuk kami
Gerak ! lakukanlah tugasmu, peras keringatmu untuk negrimu
Berbuatlah sesuai tanggung jawabmu sebelum kau mendengar dunia berteriak "KIAMAAAAATTTT!!!!"


Inilah PARA PEMIMPIN ISLAM

Menjelang musim pemilu ini, banyak pemimpin negeri kita 'mempromosikan dirinya' sebagai pemimpin yang jujur, amanah, dan sebagainya, dengan kata singkat pemimpin yang Islami. Saya sangat berharap...bahwa semua nya itu bukanlah omong kosong, saya sangat berharap mereka semua tau apa itu arti kata jujur, amanah dan bagaimana persisnya pemimpin yang islami tersebut. Saya juga berharap mereka sadar, bahwa dibalik kedudukan yang berusaha mereka raih, bukanlah sebuah kemudahan dan kemewahan, namun adalah tanggung jawab yang sangaaaattttt besar, yang pasti di hari akhir nanti, akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah SWT. Tidak heran, para sahabat Nabi sangat takut dan berhati-hati ketika ditunjuk untuk menjadi khalifah, mereka takut tidak mengemban amanah dengan baik, mereka takut kepada Allah.
Saya akan mencoba menuliskan sedikit kisah dari Rasulullah dan Khalafaur-Rasyidin. teramat sangat sedikit...namum insyaAllah memberikan gambaran seperti apa pemimpin Islam yang seharusnya, seperti apa pemimpin yang mengaku beragama islam harusnya berperilaku. Jika pemimpin yang kita usung masih merunduk pada dunia, (berkecenderungan dunia), maka tidaklah ia pantas disebut pemimpin muslim.... Baiknya kita masing-masing berkaca diri dari  sepenggal kisah ini....kisah Rasulullah dan para sahabatnya....

Rasulullah SAW 

Rasulullah SAW adalah figur pemimpin yang senantiasa lebih banyak memikirkan dan mementingkan keadaan masyarakatnya (umat) dibanding diri sendiri. Beliau juga sosok pemimpin yang selalu memilih jalan yang tersukar untuk dirinya namun memberi jalan termudah untuk umatnya. Dan dalam memutuskan suatu perkara atau permasalahan, beliau juga lebih mengutamakan segi kemaslahatan dari pada kesia-siaan terlebih lagi segi kemafsadatan. Dan yang lebih penting Rasulullah Muhammad SAW selalu mendahulukan tujuan akhirat daripada tujuan duniawi. 

Dalam Surat At Taubah 128, Allah SWT menyatakan:  “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin

Ialah Rasulullah yang mengganjal perutnya sendiri dengan kerikil untuk menahan lapar, karena tidak mau membebani umat nya, Ialah Rasulullah yang selalu menyuapi orang tua nasrani buta yang selalu menghujatnya, dengan penuh santun dan kasih sayang sampai wafatnya, Ialah Rasullullah yang menjenguk ketika orang kafir yang biasa melemparinya batu sedang sakit, Ialah Rasulullah yang selalu menyayangi anak kecil dan selalu berusaha menbuat senyum diwajah mereka, Ialah Rasulullah yang selalu Ibda' Binafsik ( memulai dari sendiri ) ia lebih dulu  melakukan dan mencontohkan semua perbuatan baik, barulah menuntut ummat untuk menirunya, Ialah Rasulullah yang setiap perkaaannya adalah benar, jujur dan selalu lembut.

Apa saja kriteria kepemimpinan Rasulullah...walau sangat sukar saya akan berusaha merangkum dari beberapa sumber....
  1. Kualitas moral Akhlakkul Karimah, yang dapat disederhanakan menjadi empat sebagai sifat wajib bagi Rasul, yakni: siddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan apa adanya), dan fahtanah (cerdas).
  2. Integritas, semua yang dilakukan Rasulullah adalah semata karena Allah, dan beliau yakin bahwa ia kelak akan dimintai pertanggug jawaban oleh Allah kelak di hari Akhir, sehingga ia selalu mengutamakan kepentingan umat nya dan juga agamanya jauh didepan dan kepentingan pribadi tidaklah ia miliki.
  3. Kesetaraan hukum bagi umatnya, ia selalu berlaku adil, tidak pernah memihak.
  4. Tidak mengambil kesempatan dari kedudukan. Rasul Saw. wafat tanpa meninggalkan warisan material. Jabatan sebagai pemimpin bukanlah sebuah mesin untuk memperkaya diri. Sikap inilah yang membuat para sahabat rela memberikan semuanya untuk perjuangan tanpa perduli dengan kekayaannya, sebab mereka tidak pernah melihat Rasul saw. mencoba memperkaya diri.
  5. Kesederhanaan Hidup yang menjadi trade mark nya, dan juga ciri khas yang ditiru oleh para Khalifaur Rasyidin. Rasulullah malah lebih memilih untuk hidup prihatin daripada melihat ummatnya yang prihatin, sangat berbeda jauh dengan pemimpin kita saat ini. .
  6. mampu menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri (tidak kalah oleh hawa nafsu dan ke duniawian) dan pemimpin bagi umatnya
  7. Antara prilaku dan ucapan beliau sama tidak pernah melenceng sedikitpun
Rasanya tidak akan cukup seluruh lembar didunia ini untuk menuliskan seluruh ketauladanan Rasulullah, namun diatas adalah sedikit diantaranya Begitulah sosok kepemimpinan Nabi kita Muhammad SAW yang betul-betul ideal sekaligus sempurna untuk diikuti dan dijadikan tauladan bagi kita.


Abu Bakar As-Siddiq ra.

Ia adalah sahabat nabi yang paling setia, laki-laki dewasa pertama yang memeluk Islam, Ia selalu terdepan dalam membela Nabi Muhammad dan para pemeluk Islam. Ia dijuluki As-Siddiq (yang selalu membenarkan) karena ia adalah orang yang selalu percaya sepenuhnya kepada Rasulullah dan semua perkataannya. 
Kemuliaan akhlaknya, kemurahan hatinya dalam mengorbankan harta benda dan kekayaannya, kebijaksanaannya dalam menyelesaikan masalah umat, ketenangannya dalam menghadapi kesukaran, kerendahan hatinya ketika berkuasa serta tutur bahasanya yang lembut lagi menarik adalah sukar dicari bandingannya baik dahulu maupun sekarang. Dialah tokoh sahabat terbilang yang paling akrab dan paling disayangi oleh Rasulullah.
Beliau bukan sahaja berjuang menegakkan Agama Islam dengan segenap jiwa raganya bahkan juga dengan harta kekayaannya. Sungguh beliaulah yang paling banyak sekali berkorban harta untuk menegakkan Agama Islam. Bahkan seluruh kekayaannya telah habis dipergunakannya untuk kepentingan penjuangan menegakkan kalimah Allah.


Dalam Perang Tabuk misalnya, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam telah meminta kepada sekelian kaum Muslimin agar mengorbankan hartanya pada jalan Allah. Tiba-tiba datanglah Saiyidina Abu Bakar R.A. membawa seluruh harta bendanya lalu meletakkannya di antara dua tangan baginda Rasul. Melihat banyaknya harta yang dibawa oleh Saiyidina Abu Bakar R.A., bagi tujuan jihad itu maka Rasulullah S.A.W. menjadi terkejut lalu berkata kepadanya:



"Hal sahabatku yang budiman, kalau sudah semua harta bendamu kau korbankan apa lagi yang akan engkau tinggalkan buat anak-anak dan isterimu?



Pertanyaan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam itu dijawab oleh Saiyidina Abu Bakar As-Siddiq dengan tenang sambil tersenyum, ujarnya. "Saya tinggalkan buat mereka Allah dan RasulNya.
Abu Bakar AS. adalah juga orang yang ditunjuk Nabi SAW untuk menemani hijrah ke Yatsrib (Madinah).  Ketika Nabi SAW sakit keras, Abu Bakar adalah orang yang ditunjuk untuk menggantikan beliau sebagai imam dalam shalat.  Karena hal ini kemudian dianggap sebagai petunjuk agar Abu Bakar nantinya yang akan menggantikan kepemimpinan Islam sesudah Nabi SAW wafat. Sebagai gambaran seperti apakah abu bakar, inilah sepenggal pidatonya ketika ia terpilih menjadi Khalifah pertama Islam...

"Wahai sekelian ummat! Aku telah dipilih menjadi pemimpin kamu padahal aku ini bukanlah orang yang terbaik di antara kamu. Sebab itu jika pemerintahanku baik, maka sokonglah, tetapi jika tiada baik, maka perbaikilah. Orang yang lemah di antara kamu adalah kuat pada sisiku hingga aku harus menolongnya mendapatkan haknya, sedang orang yang kuat di antara kamu adalah lemah pada sisiku, hingga aku harus mengambil hak orang lain yang berada di sisi nya, untuk dikembalikan kepada yang berhak semula. Patuhilah kepadaku selama aku patuh kepada Allah dan RasulNya. Akan tetapi jika aku mendurhakai Allah, maka kamu sekelian tak harus lagi patuh kepadaku. Saya bukan Khalifah Allah, saya hanya Khalifah RasulNya! 


Kerendahan hati Abu Bakar selalu tercermin dalam keseharian hidupnya, walaupun telah menjadi khalifah, ia selalu hidup dengan sangat sederhana, diantaranya Ia tidak mau mengambil gajinya, karena ia merasa bahwa menjadi khalifah adalah salah satu ibadah yang ia jalankan Lillahi Ta'ala. 
***kisah lebih lengkap tentang Abu Bakar As-Siddiq ra dapat dibaca di : http://kisahrasulnabisahabat.blogspot.com/2012/03/abu-bakar-al-siddiq-ra-bibliografi-dan.html


Umar Bin Khattab ra.
Umar bin Khattab sangat terkenal di bani Quraish karena ketangguhannya dalam bertarung, Ia adalah pegulat paling terkenal saat itu, ia juga amat pemberani dan sangat piawai dengan pedang, karenanya ia dijuluki "Singa Padang Pasir". Umar semula memusuhi Islam karena bertentangan dengan agama nenek moyang, namun pada tahun ke-6 kenabian, berkat dari do'a Rasulullah : "Ya Allah...buatlah Islam ini kuat dengan masuknya salah satu dari kedua orang ini. Amr bin Hisham atau Umar bin Khattab.", Allah memilih Umar untuk disiram Hidayah dan memeluk Islam, sedangkan Amr bin Hisham meninggal sebagai Abu Jahal. Setelah memeluk Islam, Rasulullah SAW telah mengelarnya sebagai Al-Faruq kerana dapat membedakan di antara perkara yang benar dan bathil.
Dengan islamnya Umar, maka umat Islam yang sebelum itu sentiasa ketakutan menjadi kuat. Mereka telah berani solat dan beribadah secara terang-terangan, orang Quraisy tidak berani menganggu orang Islam yang sedang beribadah kerana takut kepada Umar.
Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran serta menghidupkan sunnah. Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun Umar bin Khattab itulah, penaklukan-penaklukan penting dilakukan Islam. Beliau berhasil menaklukkan Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat, Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.
Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. dikatakan bahwa ia menguasai 9 dari 10 ilmu, Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi congkak dan tinggi hati. Justru beliau seorang pemimpin yang rendah hati, hidup sangat sederhana dan zuhud ( tidak tertipu oleh dunia dengan segala kelezatannya baik harta, wanita, maupun tahta).
Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya…
Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara. Bahkan Umar bin Khattab sering terlambat salat Jum'at hanya menunggu bajunya kering, karena dia hanya mempunyai dua baju.
Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin Khattab ini dilandasi oleh kekuatirannya terhadap rasa tanggung jawabnya kepada Allah SWT.

Ustman Bin Affan ra.
 Utsman bin Affan adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad yang paling pemalu.Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”
Selain pemalu, Utsman bin Affan merupakan ekonom yang sangat handal dan saudagar yang kaya raya tetapi sangatlah dermawan. Kekayaan ini beliau belanjakan guna mendapatkan keridhaan Allah. Ustman tidak pernah ragu ketika ia harus menunggalkan seluruh harta kekayaannya, usaha dagang dan rumah tangga guna memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya untuk ber-hijrah bersama-sama dengan kaum Muhajirin lainya.
Pada saat 11 tahun pemerintahan Utsman bin Affan ra., ia melebarkan wilayah negara Islam sampai ke sebelah timur dan barat bumi ini. Nampaklah kebenaran Firman Allah SWT.dalam QS.An-Nur: 55
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merobah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik.”



Ali Bin Abi Thalib ra.
 Ali bin Abi Thalib adalah salah satu orang yang paling awal memeluk agama Islam (assabiqunal awwalun), sepupu Rasullullah Saw., dan juga khalifah terakhir dalam kekhalifahan Kulafaur Rasyidin menurut pandangan Sunni.
Ali dilahirkan di Mekkah, 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 600 Masehi. Beliau bernama asli Haydar (arti: Singa) bin Abu Thalib. Namun Rasullullah Saw. memanggilnya Ali yang berarti memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah. Masa remajanya banyak dihabiskan untuk belajar bersama Rasullullah sehingga Ali tumbuh menjadi pemuda cerdas, berani, dan bijak. Jika Rasullullah Saw. adalah gudang ilmu, maka Ali ibarat kunci untuk membuka gudang tersebut.
Saat Rasullullah Saw. hijrah, beliau menggantikan Rasullullah tidur di tempat tidurnya sehingga orang-orang Quraisy yang hendak membunuh Nabi terpedaya. Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali dinikahkan Nabi dengan putri kesayangannya Fatimah az-Zahra.
Ali tidak hanya tumbuh menjadi pemuda cerdas, namun juga berani dalam medan perang. Bersama Dzulfikar, pedangnya, Ali banyak berjasa membawa kemenangan di berbagai medan. 

Ali sangatlah jujur, Ia amat hati-hati dalam memisahkan harta milik negara dan harta milik pribadinya. Ali hidup dalam kesederhanaan, bahkan sebuah lampu pun tidak ia miliki. Sebuah kisah tentang betapa jujurnya Ali saya harap dapat sedikit mendatangkan rasa "malu" bagi para pemimpin kita saat ini, demikian kisahnya: Pada masa ke khalifahan Ali, Ia memimpin rapat kenegaraan bersama para sahabat lainnya di rumah nya, mereka menggunakan penerangan lampu minyak. Begitu rapat selesai, Ali mematikan lampu minyak tersebut dan rumahnyapun kembali gelap gulita..., para sahabat pun bertanya kepada Ali "Amirul Mu'minin...kenapa kau padamkan api itu?" Ali menjawab " Sumbu dan minyak dari Api itu dibeli dengan uang rakyat, maka tak patut aku memakainya untuk kepentingan pribadiku sendiri, aku takut akan pertanggungan jawab di hari kemudian di hadapan Alah SWT."

Subhanallah...begitulah Rasulullah dan Khalafaur Rasyidin mencontohkan dengan jelas arti dari seorang pemimpin Islam yang sesungguhnya..., Mereka mengemban tugas sebagai pemimpin dengan niat sebagai ibadah kepada Allah SWT, dan mereka bertanggung jawab dengan jabatannya karena mereka takut akan persidangan Allah di Yaumul Akhir nanti.
Andai saja pemimpin Indonesia belajar dari mereka, InsyaAllah bangsa kita akan makmur....  
Tapi bukankah kita diajarkan untuk selalu Optimis, maka marilah kita berdoa bersama, agar kiranya bangsa kita dihadiahi oleh Allah pemimpin yang Amanah, Fatonah, Siddiq dan Tabligh, Pemimpin yang sederhana, penuh dengan Zuhud.
Bagi yang membaca ini saya ajak Marilah kita memilih pemimpin dari kriteria diatas....
Jazakumullah Khair.


وَ مَنْ يَّتَوَلَّ اللهَ وَ رَسُوْلَه وَ الَّذِيْنَ امَنُوْا فَاِنَّ حِزْبَ اللهِ هُمُ اْلغلِبُوْنَ
Dan barangsiapa yang mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang. [QS. Al-Maidah : 56]


Sumber diantaranya dari :
1. http://www.solusiislam.com/
2. http://www.fiqhislam.com/
3. http://kisahrasulnabisahabat.blogspot.com/

Sepenggal Kisah Kepemimpinan Rasulullah saw.

Wahai, Lelaki yang Waktunya Habis untuk mengingat Tuhan, Wahai Kekaih Allah, Wahai Rasululluah..., shalat yang engkau imami barusan mengganggu pikiran Umar, salah seorang sahabat dekatmu. Setiap gerakanmu di depan sahabat-sahabatmu terkesan berat dan sukar. Ada bebunyian yang demikian mencolok, seolah persendianmu saling gesek satu sama lain. Shalat kali ini lebih lama dari biasanya.
Usai shalat, Umar yang begitu khawatir dengan kondisimu lalu mendatangi Nabi sekaligus sahabat tercintanya: dirimu. Berhati-hati dia duduk di sebelahmu dan serta-merta engkau sambut dengan senyum. Dia pikir, tidak usah berbasa-basi. “Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah engkau menanggung penderitaan yang amat berat. Sakitkah engkau, ya, Rasul?”
Engkau tersenyum sembari menggeleng, “Tidak, wahai Umar. Alhamdulillah, aku sehat.”
Umar menahan kata-katanya, supaya tidak terburu-buru jadinya. “Mengapa setiap kali engkau menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi di tubuhmu bergesekan?” Ekspresi Umar memperlihatkan rasa prihatin, penuh kasih sayang, dan rasa khawatir. “Kami yakin engkau sedang sakit.”
Engkau tersenyum lagi. Tidakkah wajahmu memang terlihat sedikit pucat hari ini? Toh, senyummu seperti menjadi pelipur lara terbaik bagi sesuatu yang tidak engkau katakan, meski kepada Umar, sesuatu yang tidak engkau katakan tidak mampu membuatnya tidak kentara.
Karena merasa jawaban “tidak” atau “aku baik-baik saja” sudah tak mencukupi lagi, engkau lantas berdiri, mengangkat jubahmu, hingga bagian perutmu terlihat nyata. Seketika Umar dan setiap orang yang ada di mesjid itu terpana. Tampak begitu kempis perutmu. Perut itu dililit oleh kain yang membuntal, berisi kerikil-kerikil. Engkau mengganjal laparmu dengan kerikil-kerikil itu. Kerikil-kerikil yang menimbulkan suara berisik ketika engkau mengimami shalat. Kerikil-kerikil yang memancing keingintahuan Umar dan menyangka dirimu sedang dalam kondisi sakit yang serius.
“Ya, Rasul,” suara Umar bergetar oleh rasa iba dan penyesalan, “apakah jika engkau mengatakan sedang lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan menyediakannya untuk engkau?”
Engkau menutup lagi perutmu dengan helai jubahmu yang menjuntai. Engkau menatap Umar dengan pancaran cinta uang utuh, “Tidak, Umar. Aku tahu, apapun akan kalian korbankan demi aku. Akan tetapi, apa yang harus kukatakan di hadapan Allah nanti jika sebagai pemimpin aku menjadi beban bagi umatku?”
Engkau mengedarkan pandanganmu ke sahabat-sahabatmu yang lain, “Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah dari Allah untukku agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia, terlebih di akhirat.”
Siapapun yang mendengar kalimatmu seketika terdiam. Ada yang berdenyar merambat ke bola mata mereka. Beberapa terisak oleh haru. Umar maklim bahwa dia tak kan sanggup melangkah lebih jauh, memaksa engkau untuk mengikuti kehendaknya. Dia pun hanya terdiam membiarkan detik-detik berjalan satu per satu.
-Bab 22. Kabar dari Mekkah~Lelaki Penggenggam Hujan-
al-Quran surat Al-Ahzab, 33: 21 :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
"Sesunggunya pada diri Rasulullah saw. terdapat contoh tauladan bagi mereka yang menggantungkan harapannya kepada Allah dan Hari Akhirat serta banyak berzikir kepada Allah."