Thursday, July 2, 2015

Tafsir QS.AL-FAJR

QS Al Fajr

(Waktu Fajar)

Assalamualaikum Wr Wb, Kali ini saya ingin menulis tentang Makna QS Al-Fajr, Surat yang dapat membuat saya terisak-isak setiap kali mendengarkannya, terutama apabila melihat video di link you tube dibawah ini:

https://www.youtube.com/watch?v=wY_q2h-JrxM


(apabila link diatas tdk dapat berkerja dengan baik di computer anda, silahkan buka saja YouTube dan cari kata kunci "Surah al-fajr Hani Ar Rifai." yang di unduh oleh luqman QS)

Dalam video diatas, surah  Al Fajr di baca dengan sangat mengharukan dan penuh isak tangis oleh Syeikh Hani Ar-Rifa'i, seorang imam di masjid Anani di kota Jeddah yang terkenal dengan bacaan nya yang merdu dan penuh penghayatan. InsyaAllah setelah melihat video di atas, Allah akan melembutkan hati kita, sehingga kitapun menjadi terharu dan juga merasa sedih, takut akan dosa, takut akan hari akhir, dan kitapun menyegerakan diri bermuhasabah, serta (setidaknya) ingin memperbaiki kualitas iman dan juga ibadah kita, agar agar dapat menjadi "Mutmainnah" seperti orang yang disebut-sebut pada akhir surah ini.


Dibawah ini penjabaran sederhana dari Makna Surah Al-Fajr, yang saya rangkum dari tausiah yang saya datangi hari ini, yang disampaikan oleh Ustd. Abi Maki, di Rumil Al Hilya, Limo dan juga beberapa sumber lainnya.


Surat Al-Fajr Ayat 1

Demi fajar,
 
Surat Al-Fajr Ayat 2
dan malam yang sepuluh,
 
Surat Al-Fajr Ayat 3
dan yang genap dan yang ganjil,
 
Surat Al-Fajr Ayat 4
dan malam bila berlalu.
 
Surat Al-Fajr Ayat 5
Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal.               
                                                                                                                               
  Dari ayat 1 sd ayat 4 dalam surat Al-Fajr ini Allah menggunakan perumpamaan.  Bagi orang yg tidak memiliki iman, perumpamaan-perumpamaan yang digunakan di Al-Qur'an terdengar lucu, sepele, mengada-ngada dan tidak ada artinya, orang kafir sering kali mengolok-olok Al Qur'an karena mereka mengganggap remeh perumpamaan2tersebut; Namun bagi orang-orang beriman (orang-orang yang berakal, ayat 5) perumpamaan-perumpamaan ini dapat mereka terima bahkan terdengar begitu indah, syahdu, menunjukkan betapa Maha Tinggi dan sempurnanya bahasa Allah, dan niscaya perumpamaan-perumpamaan yang dihadirkan Allah dalam Al-Qur'an akan menambah keimanan orang beriman. Pada hakikatnya, semua yang di gunakan Allah sebagai perumpamaan dalam Al-Quran tidak ada satupun yang remeh dan biasa-biasa saja, semuanya amat luar biasa, baik nyamuk, lalat, lebah, dsb.  Jadi apakah keistimewaan dari kata perumpamaan pada surah Al-Fajr ini?                                                                                                                                                                                              Pada ayat yang pertama adalah Allah menyuruh perhatikan fajar, Saat fajar menyingsing itulah waktu yang amat penting bagi manusia, karena setelah selesai beribadat kepada Tuhan dengan sembahyang Subuh, mulailah mereka bergerak menghadapi hari yang mulai siang buat mencari rezeki di muka bumi Allah.                                                                                                                                              
       “Demi malam yang sepuluh.” (ayat 2).
Menurut suatu riwayat daripada Ibnu Abbas dan Mujahid, yang dimaksud dengan malam yang sepuluh ialah sejak tanggal 1 sampai 10 bulan Dzul Hijjah, dimana semua rukun Haji yang penting dilaksanakan dan pada pagi hari kesepuluh Dzul Hijjah, selesailah seluruh rukun dan syarat dan wajib haji pada hari itu juga.                                                                                                                                                          
       “Demi genap, demi ganjil.” (ayat 3).
Segala perhitungan terdiri daripada genap dan ganjil. Yang ganjil dicukupkan oleh yang genap.            Mujahid mengatakan: “Segala yang diciptakan Allah adalah genap; Ada darat ada laut. Ada jin ada manusia. Ada matahari ada bulan. Ada kufur ada iman. Ada bahagia ada sengsara. Ada petunjuk ada kesesatan. Ada malam dan ada siang, dan seterusnya. Adapun yang tetap ganjil atau tunggal tak ada pasangannya ialah yang Maha Esa, berdiri sendirinya, yang tiada bersekutu dengan yang lain, yaitu Allah Tuhan kita; – Qul Huwallaahu Ahad! – Katakanlah; Allah itu Esa!                                                                                                                                                                                                                            “Demi malam apabila dia telah berjalan.” (ayat 4).                                                                            Inilah contoh betapa Maha Tingginya bahasa Allah, sangat indah, karena perumpamaan dibuka dengan kata Fajar, maka ditutup dengan malam yang sudah berlalu (menuju fajar lagi) saling sambung menyambung





































































































































Lebih dalam lagi tentang ayat 5, dimana ayat ini dapat diuraikan; “Apakah kamu perhatikan semuanya itu wahai orang yang mempunyai akal budi? Adakah kamu perhatikan fajar menyingsing, malam sepuluh, bilangan genap bilangan ganjil dan malam pun berlalu, hari pun berganti; Adakah kamu perhatikan semuanya itu, untuk melihat betapa besarnya kuasa Tuhanmu dan betapa pula hidup dirimu dalam lindungan Tuhan yang Esa itu”. Maka dapatlah disimpulkan bahwa sumpah-sumpah Ilahi dengan memakai makhluk yang Ia jadikan itu, adalah merangsang akal manusia agar berfikir.
   
Surat Al-Fajr Ayat 6
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Aad?
 
Surat Al-Fajr Ayat 7
(yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi,
 
Surat Al-Fajr Ayat 8
yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,
 
Surat Al-Fajr Ayat 9
dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah,
 
Surat Al-Fajr Ayat 10
dan kaum Fir'aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak),
 
Surat Al-Fajr Ayat 11
yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri,
 
Surat Al-Fajr Ayat 12
lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu,
 
Ayat 6 sampai 12 ini menceritakan 3 Kaum yaitu Kaum Aad, Kaum Tsamud dan Kaum Fir'aun yang diberi banyak......sekali kelebihan seperti kepintaran, kemampuan yang tidak ada duanya, kekuasaan, kekayaan dan sebagainya, namun semua kelebihan malah digunakan tidak dijalan Allah, mereka malah menjadi sewenang-wenang dan merusak dengan itu.  6 ayat ini bisa menjadi bahan muhasabah diri kita sendiri, tanyakanlah kepada diri kita " Sudah kita gunakan untuk apakah seluruh kenikmatan yang Allah berikan kepada kita?" Apakah kita gunakan di jalan yang di ridhoi Allah, ataukah kita terlena dengn berbagai menikmatan sehinnga menjadi zalim seprti kelakuan ke-3 kaum diatas? Audzubillahi min dzalik. Yang patut di ratapi adalah semakin banyak sekarang ini manusia yang memang berkelakuan persis seperti ke 3 kaum diatas diatas                                                                      Para pemimpin yang diberi kekuasaan > Semena-mena tanpa memikirkan rakyat seperti kaum fir'aun Para kuat, kaya dan disegani > menjadi sombong, dan berbuat maksiat dengan harta dan ketenarannya seperti kaum Aad ; Para cerdik, cendikia > menipu dan mengakali orang lain. JANGAN, JANGAN karena sifat yg mirip dengan ke-3 kaum diatas pasti akan  AZAB!                                                                                                                
Surat Al-Fajr Ayat 13
karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab,
 
Surat Al-Fajr Ayat 14
sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.        
            di ayat ini ditegaskan bahwa Allah akan membalas kezaliman dengan Azab, maka binasalah ke-3 kaum itu semuanya; Kaum ‘Aad dibinasakan dengan angin punting beliung, kaum Tsamud dibinasakan dengan pekikan dahsyat yang memecahkan anak telinga, sehingga habis mati semuanya. Dan Fir’aun serta pengikutnya tenggelam di laut ketika mengejar Musa.
Di ayat 14 Allah menegaskan dan menyadarkan kita bahwa kita selalu dalam pengawasan-Nya, apapun yang kita kerjakan, Allah mengawasi. Artinya, apabila suatu kaum sudah penuh dengan kezaliman, kebatilan, kemegahan yang menimbulkan sombong dan angkuh, tidaklah lepas dari pengawasan Allah. Satu waktu Dia akan memukulkan azab-Nya pula, sebagaimana telah dipukulkan-Nya ummat yang telah terdahulu itu. Semoga saja Allah tidak menurunkan azab nya di negeri kita.                                                                Surat Al-Fajr Ayat 15
Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku".
 
Surat Al-Fajr Ayat 16
Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku".
Pada kedua ayat ini digambarkan jiwa manusia bila Iman tidak ada; “Maka adapun manusia itu, apabila diberi cobaan oleh Tuhannya berupa kemuliaan dan  nikmat.” (pangkal ayat 15). Diberi dia kekayaan atau pangkat tinggi, disegani orang dan mendapat kedudukan yang tertonjol dalam masyarakat; yang di dalam ayat itu disebutkan bahwa semuanya itu adalah cobaan; “Maka berkatalah dia: “Tuhanku telah memuliakan daku.” (ujung ayat 15). Mulailah dia sombong, membanggakan diri, bahwa Tuhan telah memuliakan dia. Dia masih menyebut nama Tuhan, tetapi bukan dari rasa Iman. Sehingga kalau datang orang minta tolong kepadanya, orang itu akan diusirnya, karena merasa bahwa dirinya telah diistimewakan Tuhan.
“Dan apabila Tuhannya memberikan cobaan kepadanya, yaitu dibatasi  rezekinya.” (pangkal ayat 16). miskin, sakit, sengsara dll “Maka dia berkata: “Tuhanku telah menghinakan daku.” (ujung ayat 16).
Di dalam ayat ini bertemu sekali lagi bahwa kemiskinan itu pun cobaan Tuhan juga. Jadi perlu kita resapi bahwa hakikatnya :                                                                                                                           "kaya / miskin = cobaan" , "bahagia / sengsara = cobaan" ,  "baik  /buruk = cobaan" .

Dalam Surat 21, Al-Anbiya’ ayat 35 ada tersebut:
“Tiap-tiap diri akan merasakan mati, dan Kami timpakan kepada kamu kejahatan dan kebaikan sebagai ujian; dan kepada Kamilah kamu semua akan kembali.”
Kalau Allah memberikan anugerah kekayaan berlimpah-ruah, tetapi tidak ada Iman; maka kekayaan yang melimpah-ruah itu akan membawa diri si kaya ke dalam kesengsaraan rohani. Harta yang banyak itu akan jadi alat baginya menimbun-nimbun dosa.
Sebaliknya orang miskin, kalau tidak ada Iman; maka kemiskinan itu pun akan membawanya menjadi kafir! Asal perutnya berisi, tidak peduli lagi mana yang halal dan mana yang haram.
        Oleh sebab itu dapatlah kita lihat di kota-kota besar seperti Jakarta dan kota-kota lain; ada orang yang mengendarai mobilnya dengan sombong, tidak memikirkan dari mana rejeki yang didapatnya itu berasal dan  ke mana rezeki yang banyak itu hendak dibelanjakannya. Iapun berfoya-foya degan hartanya dan tidak mempedulikan saudara2 nya yg kelaparan. Dan orang miskin rela membunuh, menggarong demi harta.

Surat Al-Fajr Ayat 17
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim,
 
Surat Al-Fajr Ayat 18
dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,
 
Surat Al-Fajr Ayat 19
dan kamu memakan harta warisan orang lain dengan serakah  (mencampur baurkan yang halal dan yang bathil),
 
Surat Al-Fajr Ayat 20
dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.
 
Di dalam ayat-ayat ini diuraikan “penyakit” jiwa manusia bilamana tidak ada Iman. Yang mereka pentingkan hanya diri sendiri. Dia tidak mempunyai rasa belas-kasihan,                                                  diatara penyakit dari orang tanpa iman adalah :
ayat 17 : Tidak memuliakan anak yatim
ayat 18 : tidak saling mengajak memberi makan orang miskin (tidak senang bersedekah)
ayat 19 : memakan harta warisan dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil), berebut harta warisan, menipu tentang warisan, dsb.
ayat 20 : mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. hanya memperdulikan harta sibuk mencari harta , tanpa memikirkah halal, haram bahkan makruh dan mubah nya.


Surat Al-Fajr Ayat 21
Jangan (berbuat demikian). Takala bumi akan hancur sehancur-hancurnya
 
Surat Al-Fajr Ayat 22
dan Tuhanmu akan datang; bersama malaikat berbaris-baris.
 
Surat Al-Fajr Ayat 23
Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam ; dan pada hari itu manusia akan menyesal, akan tetapi tidak berguna penyesalan itu baginya.
 
Surat Al-Fajr Ayat 24
Dia akan berkata: "Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini".
 
Surat Al-Fajr Ayat 25
Maka pada hari itu tiada seorangpun yang menyiksa seperti siksa-Nya.
 
Surat Al-Fajr Ayat 26
dan tiada seorangpun yang mengikat seperti ikatan-Nya.
Pada ayat ke-21 s/d ke-26 Allah memperingati kita, agar JANGAN BERBUAT DEMIKIAN (seperti perbuatan 3 kaum zalim dan juga perbuatan kufur yg disebut dalam ayat 17 s/d 20), krn pastilah akan datang kepada kita HARI KIAMAT, dimana bumi ini akan dihancurkan, sehancur-hancurnya.” (ujung ayat 21). Sehingga bumi itu akan jadi datar pun runtuh menjadi debu atau laksana saraab (fatamorgana), (lihat kembali ayat 20, Surat 78, An-Naba’). Dan segala sesuatu pun hancur lebur. Sebab kiamat sudah datang. “Dan datang Tuhan engkau.” (pangkal ayat 22). “Yakni kedatangan-Nya karena akan memutuskan perkara-perkara di antara hamba-hamba-Nya, datang ketentuan dari Tuhan, bahwasanya segala perkara akan dibuka, segala manusia akan dihisab, buruk dan baik akan ditimbang. “Sedang malaikat mulai hadir berbaris-baris.” (ujung ayat 22).
“Dan akan didatangkan pada hari itu neraka jahannam.” (pangkal ayat 23). Neraka jahannam itu adalah satu di antara berbagai-bagai makhluk Allah Yang Maha Besar Maha Agung, niscaya berkuasalah Allah mendatangkan neraka jahannam itu, sehingga segala makhluk dapat melihatnya dengan jelas, dan orang kafir mengerti sendiri bahwa ke sanalah mereka akan dihalau.
“Pada hari itu teringatlah manusia, padahal apa gunanya peringatan lagi?” (ujung ayat 23). Pada hari itu baru timbul sesal; padahal apalah gunanya penyesalan lagi; roda hidup tak dapat lagi diputar ke belakang. Yang dihadapi sekarang adalah hasil kelalaian di zaman lampau.
“Dia akan berkata: “Wahai, alangkah baiknya jika aku dari semula telah bersedia untuk penghidupanku ini.” (ayat 24).
Itulah satu keluhan penyesalan atas sesuatu yang tidak akan dapat dicapai lagi karena waktunya telah berlalu. Kita di yaumul akhir yang pasti kan terjadi ini pastilah penuh penyesalan karena apa yang kita persembahkan kepada Allah amatlah kurang,,,“Kalau aku tahu akan begini nasibku, sejak dahulu, waktu di dunia, aku akan berusaha agar mencapai hidup bahagia di hari ini,"
“Maka pada hari itu, tidak ada siapacpun akan dapat mengazab seperti azab-Nya.” (ayat 25). “Dan tidak siapa pun akan dapat mengikat seperti ikatan-Nya.” (ayat 26).
Ini adala Azab Tuhan, dimana tidak ada satu belenggu pun dalam dunia ini yang akan dapat menandingi belenggu Tuhan itu.
Maka takut dan tafakkurlah kita memikirkan hari itu; hari yang benar dan pasti terjadi dan termasuk dalam bahagian terpenting dari Iman kita, sesudah percaya kepada Allah. Dan akan terasalah pada kita di hari kiamat bahwa tidak ada tempat berlindung daripada murka Allah. Dalam suasana yang demikian itu mari kita baca ayat yang seterusnya. Ayat penutup Surat dan ayat memberikan pengharapan kepada jiwa yang telah mencapai ketenteramannya.

Surat Al-Fajr Ayat 27
Hai jiwa yang tenang.
 
Surat Al-Fajr Ayat 28
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
 
Surat Al-Fajr Ayat 29
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,
 
Surat Al-Fajr Ayat 30
masuklah ke dalam surga-Ku.
 
 
 “Wahai jiwa yang telah mencapai ketentraman.” (ayat 27). 
Siapakah yang disebut Nafsul-Muthmainnah (mencapai ketentraman)?           
Jiwa inilah yang tenang menerima segala khabar gembira (basyiran) ataupun khabar yang menakutkan (nadziran). Jiwa inilah yang diseru oleh ayat ini. Jiwa yang telah menyerah penuh dan tawakkal kepada Tuhannya, telah tenang, karena telah mencapai yakin terhadap Tuhan. Jiwa inilah yang mempunyai dua sayap. Sayap pertama adalah syukur ketika mendapat kekayaan, bukan sombog. Dan sabar ketika datang kesukaran, bukan mengeluh. Yang keduanya telah tersebut dalam ayat 15 dan 16 tadi.

“Kembalilah kepada Tuhanmu, dalam keadaan ridha dan diridhai.” (ayat 28). Artinya: setelah payah engkau dalam perjuangan hidup di dunia yang fana, sekarang pulanglah engkau kembali kepada Tuhanmu, dalam perasaan sangat lega karena ridha; dan Tuhan pun ridha, karena telah menyaksikan sendiri kepatuhanmu kepada_nya dan tak pernah mengeluh.

“Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku.” (ayat 29). Di sana telah menunggu hamba-hamba-Ku yang lain, yang sama taraf perjuangan hidup mereka dengan kamu; bersama-sama di tempat yang tinggi dan mulia. Bersama para Nabi, para Rasul, para shadiqqin dan syuhadaa. “Wa hasuna ulaa-ika rafiiqa”; Itulah semuanya yang sebaik-baik teman.

“Dan masuklah ke dalam syurga-Ku.” (ayat 30). Di situlah kamu berlepas menerima cucuran nikmat yang tiadakan putus-putus daripada Tuhan; Nikmat yang belum pernah mata melihatnya, belum pernah telinga mendengarnya, dan lebih daripada apa yang dapat dikhayalkan oleh hati manusia.

 Wallahu A’lam Bishshawaabi.

No comments:

Post a Comment