Lebih dalam lagi tentang ayat 5, dimana ayat ini dapat diuraikan; “Apakah kamu
perhatikan semuanya itu wahai orang yang mempunyai akal budi? Adakah
kamu perhatikan fajar menyingsing, malam sepuluh, bilangan genap
bilangan ganjil dan malam pun berlalu, hari pun berganti; Adakah kamu
perhatikan semuanya itu, untuk melihat betapa besarnya kuasa Tuhanmu dan
betapa pula hidup dirimu dalam lindungan Tuhan yang Esa itu”. Maka dapatlah disimpulkan bahwa sumpah-sumpah Ilahi dengan memakai
makhluk yang Ia jadikan itu, adalah merangsang akal manusia agar
berfikir.
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Aad?
(yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi,
yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,
dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah,
dan kaum Fir'aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak),
yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri,
lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu,
Ayat 6 sampai 12 ini menceritakan 3 Kaum yaitu Kaum Aad, Kaum Tsamud dan Kaum Fir'aun yang diberi banyak......sekali kelebihan seperti kepintaran, kemampuan yang tidak ada duanya, kekuasaan, kekayaan dan sebagainya, namun semua kelebihan malah digunakan tidak dijalan Allah, mereka malah menjadi sewenang-wenang dan merusak dengan itu. 6 ayat ini bisa menjadi bahan muhasabah diri kita sendiri, tanyakanlah kepada diri kita " Sudah kita gunakan untuk apakah seluruh kenikmatan yang Allah berikan kepada kita?" Apakah kita gunakan di jalan yang di ridhoi Allah, ataukah kita terlena dengn berbagai menikmatan sehinnga menjadi zalim seprti kelakuan ke-3 kaum diatas? Audzubillahi min dzalik. Yang patut di ratapi adalah semakin banyak sekarang ini manusia yang memang berkelakuan persis seperti ke 3 kaum diatas diatas Para pemimpin yang diberi kekuasaan > Semena-mena tanpa memikirkan rakyat seperti kaum fir'aun Para kuat, kaya dan disegani > menjadi sombong, dan berbuat maksiat dengan harta dan ketenarannya seperti kaum Aad ; Para cerdik, cendikia > menipu dan mengakali orang lain. JANGAN, JANGAN karena sifat yg mirip dengan ke-3 kaum diatas pasti akan AZAB!
karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab,
sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.
di ayat ini ditegaskan bahwa Allah akan membalas kezaliman dengan Azab, maka binasalah ke-3 kaum itu semuanya; Kaum ‘Aad dibinasakan dengan angin punting
beliung, kaum Tsamud
dibinasakan dengan pekikan dahsyat yang memecahkan anak telinga,
sehingga habis mati semuanya. Dan Fir’aun serta pengikutnya tenggelam di laut ketika mengejar Musa.
Di ayat 14 Allah menegaskan dan menyadarkan kita bahwa kita selalu dalam pengawasan-Nya, apapun yang kita kerjakan, Allah mengawasi. Artinya, apabila suatu kaum sudah penuh dengan kezaliman, kebatilan, kemegahan yang menimbulkan sombong
dan angkuh, tidaklah lepas dari pengawasan Allah. Satu waktu Dia akan
memukulkan azab-Nya pula, sebagaimana telah dipukulkan-Nya ummat yang
telah terdahulu itu. Semoga saja Allah tidak menurunkan azab nya di negeri kita.
Adapun
manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan
diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah
memuliakanku".
Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku".
Pada kedua ayat ini digambarkan jiwa manusia bila Iman tidak ada;
“Maka adapun manusia itu, apabila diberi cobaan oleh
Tuhannya berupa kemuliaan dan nikmat.”
(pangkal ayat 15). Diberi dia kekayaan atau pangkat tinggi, disegani
orang dan mendapat kedudukan yang tertonjol dalam masyarakat; yang di
dalam ayat itu disebutkan bahwa semuanya itu adalah cobaan;
“Maka berkatalah dia: “Tuhanku telah memuliakan daku.” (ujung ayat 15).
Mulailah dia sombong, membanggakan diri, bahwa Tuhan telah
memuliakan dia. Dia masih menyebut nama Tuhan, tetapi bukan dari rasa
Iman. Sehingga kalau datang orang minta tolong kepadanya, orang
itu akan diusirnya, karena merasa bahwa dirinya telah diistimewakan
Tuhan.
“Dan apabila Tuhannya memberikan cobaan kepadanya, yaitu dibatasi rezekinya.” (pangkal ayat 16). miskin, sakit, sengsara dll “Maka
dia berkata: “Tuhanku telah menghinakan daku.” (ujung ayat 16).
Di dalam ayat ini bertemu sekali lagi bahwa kemiskinan itu pun cobaan Tuhan juga. Jadi perlu kita resapi bahwa hakikatnya : "kaya / miskin = cobaan" , "bahagia / sengsara = cobaan" , "baik /buruk = cobaan" .
Dalam Surat 21, Al-Anbiya’ ayat 35 ada tersebut:
“Tiap-tiap diri akan merasakan mati, dan Kami timpakan
kepada kamu kejahatan dan kebaikan sebagai ujian; dan kepada Kamilah
kamu semua akan kembali.”
Kalau Allah memberikan anugerah kekayaan berlimpah-ruah, tetapi tidak ada Iman; maka kekayaan
yang melimpah-ruah itu akan membawa diri si kaya ke dalam kesengsaraan
rohani. Harta yang banyak itu akan jadi alat baginya menimbun-nimbun
dosa.
Sebaliknya orang miskin, kalau tidak ada Iman; maka kemiskinan itu pun
akan membawanya menjadi kafir! Asal perutnya berisi, tidak peduli lagi
mana yang halal dan mana yang haram.
Oleh sebab itu dapatlah kita lihat di kota-kota besar seperti Jakarta
dan kota-kota lain; ada orang yang mengendarai mobilnya dengan sombong, tidak memikirkan dari mana rejeki yang didapatnya itu berasal dan ke mana rezeki yang
banyak itu hendak dibelanjakannya. Iapun berfoya-foya degan hartanya dan tidak mempedulikan saudara2 nya yg kelaparan. Dan orang miskin rela membunuh, menggarong demi harta.
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim,
dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,
dan kamu memakan harta warisan orang lain dengan serakah (mencampur baurkan yang halal dan yang bathil),
dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.
Di dalam ayat-ayat ini diuraikan “penyakit” jiwa manusia bilamana tidak
ada Iman. Yang mereka pentingkan hanya diri sendiri. Dia tidak mempunyai
rasa belas-kasihan, diatara penyakit dari orang tanpa iman adalah :
ayat 17 : Tidak memuliakan anak yatim
ayat 18 : tidak saling mengajak memberi makan orang miskin (tidak senang bersedekah)
ayat 19 : memakan harta warisan dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil), berebut harta warisan, menipu tentang warisan, dsb.
ayat 20 : mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. hanya memperdulikan harta sibuk mencari harta , tanpa memikirkah halal, haram bahkan makruh dan mubah nya.
Jangan (berbuat demikian). Takala bumi akan hancur sehancur-hancurnya
dan Tuhanmu akan datang; bersama malaikat berbaris-baris.
Dan
pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam ; dan pada hari itu manusia akan menyesal, akan tetapi tidak berguna penyesalan itu baginya.
Dia akan berkata: "Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini".
Maka pada hari itu tiada seorangpun yang menyiksa seperti siksa-Nya.
dan tiada seorangpun yang mengikat seperti ikatan-Nya.
Pada ayat ke-21 s/d ke-26 Allah memperingati kita, agar JANGAN BERBUAT DEMIKIAN (seperti perbuatan 3 kaum zalim dan juga perbuatan kufur yg disebut dalam ayat 17 s/d 20), krn pastilah akan datang kepada kita HARI KIAMAT, dimana bumi ini akan dihancurkan,
sehancur-hancurnya.” (ujung ayat 21). Sehingga bumi itu akan jadi datar
pun runtuh menjadi debu atau laksana saraab (fatamorgana),
(lihat kembali ayat 20, Surat 78, An-Naba’). Dan segala sesuatu pun hancur lebur. Sebab kiamat sudah datang.
“Dan datang Tuhan engkau.” (pangkal ayat 22). “Yakni kedatangan-Nya karena akan memutuskan perkara-perkara di antara hamba-hamba-Nya, datang ketentuan
dari Tuhan, bahwasanya segala perkara akan dibuka, segala manusia akan
dihisab, buruk dan baik akan ditimbang. “Sedang malaikat mulai hadir
berbaris-baris.” (ujung ayat 22).
“Dan akan didatangkan pada hari itu neraka jahannam.” (pangkal ayat 23). Neraka jahannam itu adalah satu di antara berbagai-bagai
makhluk Allah Yang Maha Besar Maha Agung, niscaya berkuasalah Allah
mendatangkan neraka jahannam itu, sehingga segala makhluk dapat melihatnya dengan jelas, dan
orang kafir mengerti sendiri bahwa ke sanalah mereka akan dihalau.
“Pada hari itu teringatlah
manusia, padahal apa gunanya peringatan lagi?” (ujung ayat 23). Pada
hari itu baru timbul sesal; padahal apalah gunanya penyesalan lagi; roda
hidup tak dapat lagi diputar ke belakang. Yang dihadapi sekarang adalah
hasil kelalaian di zaman lampau.
“Dia akan berkata: “Wahai, alangkah baiknya jika aku dari semula telah bersedia untuk penghidupanku ini.” (ayat 24).
Itulah satu keluhan penyesalan atas sesuatu yang tidak akan dapat dicapai lagi karena waktunya telah berlalu. Kita di yaumul akhir yang pasti kan terjadi ini pastilah penuh penyesalan karena apa yang kita persembahkan kepada Allah amatlah kurang,,,“Kalau aku tahu akan begini nasibku, sejak dahulu, waktu di dunia, aku akan berusaha agar mencapai
hidup bahagia di hari ini,"
“Maka pada hari itu, tidak ada siapacpun akan dapat mengazab seperti
azab-Nya.” (ayat 25). “Dan tidak siapa pun akan dapat mengikat seperti
ikatan-Nya.” (ayat 26).
Ini adala Azab Tuhan, dimana tidak ada satu belenggu pun dalam
dunia ini yang akan dapat menandingi belenggu Tuhan itu.
Maka takut dan tafakkurlah kita memikirkan hari itu; hari yang benar dan pasti terjadi
dan termasuk dalam bahagian terpenting dari Iman kita, sesudah percaya
kepada Allah. Dan akan terasalah pada kita di hari kiamat bahwa tidak ada tempat berlindung
daripada murka Allah. Dalam suasana yang demikian itu mari kita baca ayat yang seterusnya. Ayat
penutup Surat dan ayat memberikan pengharapan kepada jiwa yang telah
mencapai ketenteramannya.
Hai jiwa yang tenang.
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,
masuklah ke dalam surga-Ku.
“Wahai jiwa yang telah mencapai ketentraman.” (ayat 27).
Siapakah yang disebut Nafsul-Muthmainnah (mencapai ketentraman)?
Jiwa inilah yang tenang menerima segala khabar gembira (basyiran) ataupun khabar yang menakutkan (nadziran). Jiwa inilah yang diseru oleh ayat ini. Jiwa yang telah
menyerah penuh dan tawakkal kepada Tuhannya, telah tenang, karena telah
mencapai yakin terhadap Tuhan. Jiwa inilah yang mempunyai dua sayap. Sayap pertama adalah syukur
ketika mendapat kekayaan, bukan sombog. Dan sabar ketika datang kesukaran, bukan mengeluh. Yang keduanya telah tersebut
dalam ayat 15 dan 16 tadi.
“Kembalilah kepada Tuhanmu, dalam keadaan ridha dan diridhai.” (ayat
28). Artinya: setelah payah engkau dalam perjuangan hidup di dunia yang
fana, sekarang pulanglah engkau kembali kepada Tuhanmu, dalam perasaan
sangat lega karena ridha; dan Tuhan pun ridha, karena telah menyaksikan
sendiri kepatuhanmu kepada_nya dan tak pernah mengeluh.
“Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku.” (ayat 29). Di sana
telah menunggu hamba-hamba-Ku yang lain, yang sama taraf perjuangan
hidup mereka dengan kamu; bersama-sama di tempat yang tinggi dan mulia.
Bersama para Nabi, para Rasul, para shadiqqin dan syuhadaa. “Wa hasuna ulaa-ika rafiiqa”; Itulah semuanya yang sebaik-baik teman.
“Dan masuklah ke dalam syurga-Ku.” (ayat 30). Di situlah kamu
berlepas menerima cucuran nikmat yang tiadakan putus-putus daripada
Tuhan; Nikmat yang belum pernah mata melihatnya, belum pernah telinga
mendengarnya, dan lebih daripada apa yang dapat dikhayalkan oleh hati
manusia.
Wallahu A’lam Bishshawaabi.
|
No comments:
Post a Comment